Pages

Tentang kita






Setahun lalu
Ku mengetuk pintu rumahmu
Tak lama hanya sebentar saja
Lalu ku berlalu menuju tempat itu
Mengejar gerbong kereta
Berharap asa
Namun berakhir dengan air mata
Menyisakan cerita aku, kau dan kereta

Ketika Engkau Selalu Ada



Siang itu bertahun lalu saat seragam saya masih putih abu-abu....

Bersama seorang kawan saya berjalan pulang melewati hamparan hijau rerumputan lapangan sekolah kami...
Tdk lama berjalan sebuah batu berukuran lumayan nyasar di kepala saya... Entah sedang bermain apa anak-anak itu tapi yang jelas mereka tidak dgn sengaja melemparkan batu itu....sementara kawan saya marah marah saya hanya terdiam dongkol smbil menahan benjol...

Lalu entah tiba-tiba teringat cerita dari seorang ustadz tentang kotoran burung yang jatuh di kepala orang, saya rasa bumi begitu luas tapi mengapa kotoran itu jatuh di kepala manusia yang hanya seukuran bola...:) mungkin ada yang salah dengan kepala kita, dengan apa yang kita biasa dipikirkan, seperti juga batu yang memilih mendarat di kepala saya tadi.... mungkin saya sedang diingatkan untuk lebih banyak berfikirn positif dan tdk berprasangka......:)

lalu sayapun pulang tanpa tanpa dndam ;D(lebay.com)...


Masih tntang beberapa tahun lalu....
Saat saya membeli sepatu baru untuk hari raya,,,saking senangnya, spatu itu saya simpan special untuk hari H,,,

Harinya tiba, seharian, sampai malam sepatu itu menemani bersilaturahmi,..

Terlalu lelah saat sampai di rumah, saya biarkan sepatu itu tergeletak di dpan pintu...dan baru menyadari beberapa saat kemudian sepatu saya sdh tidak ada di tempatnya....

Masih berfikir positif dg banyak mungkin....saya mencari sepatu itu....

Hampir stengah 12 malam saat saya mulai lelah mencari, dan merebahkan diri di kursi.....
Kemudian saya kembali teringat dg kata-kata seorang ustadz "bahwa semua harus diletakkan pada tempatnya".

sepatu tadi, saya letakkan di hati dan bukan di kaki jadi saat hilang menyisakan sakit hati....lalu sesaat kemudian muka manyun saya berubah jadi senyum...

karena saya sudah mengembalikan sepatu, atau lebih tepatnya mantan sepatu saya ke tempat seharusnya berada... ;)

Mungkin ikhlas akan lebih mudah ketika kita mau belajar tidak menyimpan isi dunia di hati kita...;)


Terimakasih untuk selalu ada mengingatkanku TUHAN..

Belajarlah Mendengar...



Hari ini, mungkin jg kemarin,atau kemarinny lg, merasa kdg untk didengar itu tdk selalu mudah.

Jd teringat.....Suatu hari saya berksmpatan brjalan-bjalan dgn sebuah keluarga dsbuah mall... Tak lama brkeliling kami memisah mjd 2 rmbongan....singkatnya kami lalu brtemu lg d tmpt yg telah disepakati...saat itu sang bpk bru saja membelikan putriny jam tangan yang entah bermerk atau tidak tp buat saya lumayan mahal,... Modelny memang agak aneh, tp yg sdg ngeTREN bknkh akan jd biasa.
Sang ibu yg bru melihat jam yg dibeli lgsung komplain, sempat meminta pd putriny utk menukar...ia tak mau terlihat enggan.. Si ibu lalu menemui sang bpk yg msh dtoko itu, entah bicara apa tp sang ibu trlhat lbh tng dan mau menerima...

Melanjtkan brkeliling,.. 15 menit kemudian kami menemukan tmpt makan yg enak...

Ada yg aneh, bkn dg tmpt makanny tp dg ibu ank itu... Tiba2 sang ibu meminta maaf pda putriny..karena kejadian td,...lalu berbalas oleh sang putri... "ga.. aku yg salah kok...." seolah kduanya brebut ksalahan...
Sang putri kemudian mencium tgn ibuny, dbalas kecupan syg...dan berakhir dg sebuah pelukan ..

Yg td itu terjadi tak lebih dr 1 menit... Bukan hal istimewa, kecil, sederhana,Tp membuat saya brfikir tyt indah jika kita mau lebih byk mendengar,bukan lebih byk "berkoar", mau mengerti menghargai sebuah pilihan yg kdang tak selalu sama dg apa yg kita inginkn..yg kdg kita pikir baik....

Kemudian saya justru brtanya pd diri sendiri jika nantiny saya berbalik jd "yg tua" bisakah jd pendengar yg baik yg mau mengerti tdk hanya mengkritisi...?

Kapan Kita akan Kesana?



Di Negeri Kami
Yang tak mengenal awal dan akhir
semua orang istimewa
Yang muda atau tua tiada beda
Para wanita berwajah mutiara
Tak perlu lipstik atau lapisan permata
Sepanjang masa menjadi bidadari seutuhnya
Pria disini tak perlu di uji
Batas setia atau kekuatan hati
Hati mereka telah terpilih
Abadi didampingi cinta suci bidadari


Di Negeri Kami
Tak ada gedung Menusuk langit untuk yang kaya
Atau trotoar kusam untuk yang miskin harta
Semua orang disini beristana
Bermahkotakan budi pekerti dan tulus jiwa
Tak ada gerlap gemerlap lampu kota
Atau gelap gulita pingiran desa dan hutan
Semua sisi terang
Bercahayakan pelangi lapis rembulan


Negeri Kami
Seribu baris syairpun terasa kurang untuk menjelaskan
Sejuta lukisanpun takkan mampu melukiskan keindahannya
Setiap detik terasa seperti setiap tahun
Setiap tetes air terasa seperti hujan embun
Bening membasuh hati yang haus akan cinta Pencipta


Inilah Negeri Kami
Kami tunggu engkau disini


Thanks for maria ar. for share your poem
 
javascript:void(0)